Beberapa waktu yang lalu kita sempat dihebohkan dengan kelangkaan masker medis akibat merebaknya virus Corona atau COVID-19 di Indonesia. Laris dan tingginya permintaan masker membuat banyak orang berbondong-bondong membuat masker kain atau masker non medis. Masker kain diposisikan sebagai alternatif dari masker medis yang langka dan diprioritaskan untuk tenaga kesehatan. Persaingan ketat antar produsen di marketplace menimbulkan fenomena perang harga. Produsen memasang harga semurah-murahnya namun mengorbankan kualitas masker kain yang dijual.
Maraknya peredaran masker tidak berkualitas ini tentunya berbahaya. Konsumen merasa sudah terlindungi dengan masker yang digunakan sehingga aktif beraktivitas kesana kemari. Padahal bisa jadi masker tersebut tidak layak pakai. Untuk bisa menentukan bahan yang sesuai dan standar kualitas masker kain tentunya kita harus melihat kembali tujuan dibuatnya masker tersebut, yaitu mencegah penularan virus Corona (COVID-19).
Mengenal Apa Itu Virus Corona
Virus Corona pertama kali muncul di Wuhan pada akhir tahun 2019 dan dikenal pula dengan nama Severe Accute Respiratory Sindrome (SARS) CoV-2 karena menyerang saluran pernapasan. Gejala utama virus corona umumnya demam, batuk, dan sesak napas. Meskipun bisa muncul pula gejala lainnya seperti diare atau sakit perut, sakit kepala, konjungtivitis, hambatan mengecap rasa dan mencium bau, serta ruam di kulit.
Corona bisa disembuhkan dengan sendirinya apabila penderita memiliki sistem imun yang kuat. Akan tetapi pada orang tua dan orang dengan kondisi penyakit lainnya (seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes, penyakit saluran pernapasan, dan kanker) gejala yang timbul bisa lebih parah bahkan bisa menyebabkan kematian. Di Indonesia sendiri, hingga Agustus 2020 virus Corona telah menjangkiti tidak kurang dari 150 ribu orang dengan angka kematian setidaknya 6 ribu orang (fatality rate 4.3%).
Cara Penularan Virus Corona
Virus Corona ditularkan melalui tetesan liur atau lendir hidung penderita. Oleh karena itu penting menjaga etika bersin seperti bersin ke lipatan siku. Tidak boleh bersin ke tangan karena jika bersin ke tangan lalu memegang benda maka orang lain yang memegang benda tersebut bisa tertular. Terlebih lagi bersin tanpa ditutup.
Dalam sebuah jurnal ilmiah (Dbbouk, Talib, et.al. 2020. On Coughing and Airborne Droplet Transmission to Humans) dinyatakan bahwa pada kondisi suhu 20 °C dan 50% kelembaban, pada kondisi tidak berangin, penyebaran semburan bersin (droplet) tidak mencapai 2 m atau masih dalam batas social distancing yang disarankan. Akan tetapi pada kondisi berangin, partikel virus bisa mencapai jarak 6 meter. Oleh karena itu penggunaan masker diharapkan bisa membantu menghalau penyebaran virus Corona.
Karakter Bahan Kain yang Cocok untuk Mencegah Penularan Virus Corona
Masker merupakan alat kesehatan yang membantu melindungi diri kita dari virus berbahaya. Oleh karena itu sudah semestinya kita memilih masker dari bahan yang direkomendasikan. Sebuah riset dari University of Cambridge menguji efektivitas bahan kain yang ada di sekitar kita jika digunakan sebagai masker (Davies, Anna, et.al. 2013. Testing the Efficacy of Homemade Masks : Would They Protect in an Influenza Pandemic?. Disaster Medicine and Public Health Preparedness 7(4):413-418) dibandingkan terhadap masker medis. Penelitian ini membandingkan sejumlah material seperti kantong pelapis vacuum cleaner, kain serbet, katun campuran, katun 100%, sarung bantal, scarf, linen, dan silk.
Seperti yang diketahui, virus berukuran sangat kecil dan berskala nanometer. Sehingga untuk menyaringnya dibutuhkan kain dengan serat yang rapat dan tidak mudah melar. Terbukti pada hasil pengujian penyaringan partikel ukuran 0.02 mikron, posisi pertama dipegang oleh masker medis dengan efektivitas penyaringan sebesar 89% disusul dengan kantong vacuum cleaner, dan kain serbet. Sayangnya kantong vacuum cleaner dan serbet tidak nyaman untuk digunakan, pengap, dan lebih susah untuk bernafas (poor breathability). Opsi lain di bawahnya adalah katun campuran. Hal ini masuk akal karena katun campuran (contohnya kain katun Oxford) cenderung lebih kaku dan tidak mudah melar jika dibandingkan katun murni seperti yang dipakai untuk kaos. Efektivitas penyaringan satu lapis kain katun campuran mencapai 70% sementara katun murni hanya 51%. Akan tetapi efektivitas katun murni dapat ditingkatkan dengan menggunakannya sebanyak dua lapis.
Lalu bagaimana dengan bahan kain lain seperti misalnya bahan scuba? Kami belum menemukan referensi ilmiah penggunaan bahan scuba sehingga memilih untuk tidak memproduksi masker dengan bahan tersebut. Mengingat bahan scuba sifatnya elastis dan mudah melar. Begitu pun bahan spunbond, kami tidak menggunakannya untuk masker. Mengingat sehari-hari bahan tersebut digunakan sebagai bahan shopping bag sehingga belum pasti aspek keamanannya.
Benarkah Uji Tiup Lilin Bisa Menentukan Kualitas dan Efektivitas Masker Kain?
Banyak beredar video iklan masker kain yang mencoba meniup lilin sambil memakai masker, katanya jika lilin mati artinya masker tidak efektif melindungi dari COVID-19. Apakah benar demikian? Hal ini tidak memiliki dasar ilmiah dan hanya merupakan gimmick marketing saja. Masker yang baik justru memiliki sifat breathable atau kita tetap bisa nyaman bernapas saat menggunakannya. Yang penting adalah serat kain masker yang digunakan cukup rapat dan tidak mudah melar sehingga memperkecil lolosnya partikel virus seminimal mungkin.
Coba saja tiup lilin dengan masker medis. Kami mencobanya dan lilin tersebut ternyata mati. Meski begitu masker medis memiliki efektivitas penyaringan virus yang paling tinggi. Sekali lagi, meniup lilin tidak ada hubungannya dengan kualitas masker.
Standar Kualitas Masker Kain
Jadi bagaimana masker kain yang baik? Intinya, masker sebisa mungkin menghalangi transmisi virus. Transmisi virus dicegah melalui serat bahan yang rapat dan tidak mudah melar. Masker juga hendaknya berukuran pas, tidak kekecilan atau kebesaran. Mampu menutup hidung dan dagu dengan sempurna untuk mencegah celah masuk atau keluarnya virus.
Yang tidak kalah penting, masker dibuat dari bahan yang nyaman dan breathable. Breathability bisa meningkatkan efektivitas karena pengguna betah memakai masker dan tidak sering membuka-buka masker yang digunakan.
Demikian Sobat, semoga artikel ini bisa membantu Sobat semua dalam memilih masker yang digunakan dalam menjalani masa new normal akibat pandemi Corona. Jika Sobat memerlukan masker, B-ORI Advertising menyediakan tiga jenis masker yaitu masker katun campuran (Oxford) 1 ply, masker katun murni 2 ply, dan masker custom. Masker custom print sublim yang kami produksi menggunakan dua lapis kain, yaitu katun campuran jenis lotto dibagian luar, dan katun murni lembut dibagian dalam sehingga nyaman dipakai.
-
Masker Kain Sublim Custom – Head Loop Strap dengan BuckleRp20.000 – Rp40.000
-
Masker Kain Sublim Custom – Earloop KaretRp13.000 – Rp22.000
B-Ori Advertising bergerak di bidang produksi dan pemasok barang kelengkapan promosi dan souvenir, industri pakaian jadi (konveksi), jasa desain, percetakan, serta jasa marketing & advertising untuk UMKM dan Corporate dengan berlandaskan prinsip ekonomi syariah.